Kamis, 07 Januari 2016

LCA Botol PET

Life Cycle Assessment Penilaian Daur Hidup Botol PET (Polyethylena
Terephtalate) Pada Poduk Minuman
Life Cycle Assessment (LCA) Of PET (Polyethylena
Terephtalate) Bootles For Drinking Product

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi masyarakat akan meningkatkan konsumsi berbagai jenis makanan dan
minuman yang akan diikuti dengan peningkatan limbah bahan kemasan yang menyertainya. Produk
minuman yang dikonsumsi utama adalah air, minuman jus, teh, dan susu. Bahan kemasan
minuman relatif memililki umur yang pendek, dimana jumlah limbah kemasan produk minuman sebanding dengan penjualan produk minuman tersebut. Kemasan produk minuman yang digunakan terutama plastik (PET, PP dan PE) dan gelas. Bahan kemasan polyethylena terephtalate (PET) adalah suatu resin polimer plastik termoplastis dari kelompok poliester. PET banyak diproduksi dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis, botol minuman dan wadah.

LATAR BELAKANG

Penggunaan kemasan PET dalam produk minum telah meningkat dan bergeser kemasan gelas,
sehingga perlu untuk mempelajari siklus hidup kemasan PET. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kehidupan,siklus botol PET pada produk minuman teh. Penilaian siklus kehidupan ini meliputi produksi, proses, persediaan, dampak lingkungan, dan analisis biaya. Siklus hidup botol PET di Indonesia tidak lengkap. Hubungan antara produsen botol PET, minum produsen, dan daur ulang limbah, yang searah. Daur ulang limbah PET digunakan untuk produk-produk lain. Berdasarkan analisis persediaan, botol PET 600ml adalah 28g nedeed resin / botol dan energi. PET produksi kemasan masih menghasilkan produk cacat yang tinggi. Penilaian dampak lingkungan dari PET produksi botol menunjukkan bahwa udara ambien kualitas, kebisingan dan air limbah yang masih baik. Dampak dari PET botol tanaman menghasilkan potensi pemanasan global, mengurangi lapisan ozon dan hujan asam. Analisis biaya menggambarkan bahwa harga jual botol PET adalah setengah harga dari botol kaca, sedangkan harga kotor yang PET flake adalah tiga kali lebih tinggi dari cullet. Meskipun kemasan PET dianggap lebih praktis, murah dan hemat, tapi daur ulang kemasan PET belum banyak dimanfaatkan.

CARA PENELITIAN

Penelitian LCA pada industri minuman, pada umumnya adalah pembandingan beberapa jenis bahan kemasan, terutama penggunaan kemasan botol sekali pakai, dan di isi ulang. Penelitian LCA kemasan PET dilakukan pada perusahaan minuman teh di Jawa Barat dan Jawa Timur. Tahapan penelitian terdiri dari pengamatan di lapangan, studi pustaka, dan pengolahan data LCA. Pengamatan lapang dilakukan terhadap pabrik kemasan botol PET, pabrik minuman teh, jaringan daur-ulang kemasan PET di beberapa perusahaan dan unit usaha di Provinsi Banten, DKI, Jawa Barat dan Jawa Timur. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang digunakan meliputi: (i) proses produksi dan daurulang botol PET; (ii) kebutuhan bahan baku dan energi; (iii) pencemaran udara (CO2, NOX, SOX dan debu); (iv) pencemaran air (COD dan BOD); dan (v) kebutuhan biaya. Pengolahan data LCA dilakukan dengan mengacu pada ISO 14040 dan analisis dampak lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasi penelitian tersebut hasilnya yaitu, dapat mengetahui perbandingan kategori dampak potensial pemanasan global (GWP), potensial pencemaran udara, potensi eutrofikasi (EP), penggunaan energi (EN), daur-ulang limbah PET, dan analisis biaya. Dan juga mengetahui bahwa Siklus hidup kemasan botol PET tersusun dari tiga kegiatan yaitu pabrik kemasan botol PET, pabrik minuman teh (pengguna), dan jaringan daur-ulang kemasan PET.

EVALUASI DAMPAK LINGKUNGAN

hidup kemasan PET meliputi cemaran komponen fisik kimia (limbah udara, debu, kebisingan, limbah padat dan cair limbah) dan komponen ekonomi.
Komponen Fisik Kimia
Pada proses produksi kemasan botol PET, limbah yang dihasilkan dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu limbah padat, gas, debu, dan kebisingan. Pada proses produksi botol PET, dihasilkan debu akibat adanya pergerakan kendaraan pengangkut bahan baku, alat transportasi, dan penggunaan mesin produksi. Pencegahan penyebaran partikel debu dapat dilakukan pencegahan mulai dari sumber pencemar, sebelum tersebar ke dalam ruangan atau lingkungan luar. Secara umum peralatan pengelolaan debu terdiri dari settling chambers, inertial separators, impingement separators, wet scrubbers, fabric filters, dan electrostatic precipitator (Corbitt, 2004). Sistem pengolahan debu dalam ruang, yang dilakukan perusahaan adalah menggunakan exhause fan. Penggunaan exhause fan bertujuan untuk mengalirkan udara dalam ruangan ke luar ruangan, dimana cemaran gas, panas dan debu-debu halus yang terdapat dalam ruangan, akan terhisap dan terdorong ke udara bebas. Perusahaan kemasan botol PET melakukan pengelolaan lingkungan dengan cara penanaman pohon pelindung dan penghijauan di halaman dan sekeliling pabrik, sehingga diharapkan cemaran gas dan debu dapat diserap oleh tanaman tersebut. Selain penggunaan exhause fan, sebaiknya pengelolaan debu menggunakan peralatan seperti di atas untuk mengolah debu tersebut, sehingga tidak mencemari lingkungan atau menurunkan kesehatan pekerja dan masyarakat.
Komponen Sosial dan Ekonomi
Pada tahap proses produksi kemasan botol PET, diprakirakan dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Walaupun peningkatan pendapatan masyarakat melalui penyerapan atau penerimaan tenaga kerja tidak besar, namun diprakirakan dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan mendorong terciptanya peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Siklus hidup kemasan botol PET lebih banyak melibatkan pekerja dibandingkan dengan kemasan botol gelas, hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat akibat adanya proses daurulang kemasan botol PET. Identifikasi dampak lingkungan kegiatan perusahaan dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Identifikasi dampak lingkungan perusahaan kemasan botol PET terhadap komponensosial dan ekonomi, tidak tersedia cukup data secara kuantitif, sehingga sulit dilakukan pengukuran dampaknya. Kegiatan proses produksi kemasan botol PET dan proses daur-ulang kemasan botol PET bekas, memerlukan tenaga kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Secara kualitatif, besarnya penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha akan memberikan dampak positif terhadap komponen ekonomi.
Biaya Produksi
Pada proses penanganan limbah kemasan, biaya yang dibutuhkan untuk menangani limbah kemasan
botol PET jauh lebih besar dibandingkan botol gelas, hal ini dikarenakan banyaknya tahapan yang
dibutuhkan untuk menangani limbah botol PET. Tetapi harga jual limbah kemasan botol PET jauh
lebih tinggi dibandingkan kemasan botol gelas, sedangkan limbah botol gelas, hal tersebut dikarenakan kualitas limbah kemasan botol PET lebih baik dibandingkan botol gelas.

KESIMPULAN

Siklus hidup kemasan botol PET di Indonesia terdiri atas tiga kelompok yaitu : produsen kemasan botol PET, pabrik pengguna kemasan (perusahan minuman teh), jaringan daur-ulang kemasan botol PET untuk bahan baku industri plastik lain. Kondisi saat ini, ketiga kelompok tersebut bersifat searah dan belum menjadi siklus yang utuh. Analsis dampak lingkungan dari siklus produksi kemasan PET menghasilkan cemaran udara, kebisingan dan air limbah yang masih baik. Secara umum, kegiatan tersebut berdampak negatif, tetapi tidak membahayakan lingkungan. Kegiatan siklus kemasan PET berpotensi menimbulkan pemanasan global, penipisan lapisan ozon, dan hujan asam. Analisis biaya produksi berkaitan dengan penggunaan jumlah bahan baku dan energi, sehingga menentuan harga jual produk. Harga jual kemasan botol PET adalah setengah dari harga jual botol gelas, sedangkan harga jual limbah serpihan PET tiga kali lebih tinggi dari pada pecahan gelas. Kemasan PET lebih praktis, murah dan hemat tetapi sulit didaur-ulang, sehingga kurang ramah lingkungan. Beberapa data penelitian Life Cycle Assessment (LCA) kemasan botol PET masih secara kualitatif, khususnya analisis dampak lingkungan. Kajian analisis dampak lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial-ekonomi perlu dilakukan untuk melihat lebih jauh dampak lingkungan dari LCA kemasan botol PET.

SUMBER :
Mohamad Yani1)*, Endang Warsiki 2)*, dan Noviana Wulandari3)*
1) Laboratorium Teknik dan Manajemen Lingkungan, 2,3) Laboratorium Pengemasan dan Transportasi, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Kotak Pos 220, Bogor 16680, Indonesia.
Life Cycle Assessment Penilaian Daur Hidup Botol PET (Polyethylena Terephtalate) Pada Poduk Minuman
Life Cycle Assessment (LCA) Of PET (Polyethylena Terephtalate) Bootles For Drinking Product”
Email : f226yani@gmail.com, moh.yani@ipb.ac.id, endangwarsiki@gmail.com, noviana_w@yahoo.com

http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/6647/5080


Pengelolaan Dampak Idustri

Pendahuluan
Perkembangan industri kerajinan batik saat ini semakin pesat seiring dengan laju arus globalisasi yang terus berjalan. Perkembangan ini menuntut para pengrajin untuk terus meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya agar dapat terus bertahan, dan bahkan dapat memenangkan kompetisi dengan berbagai industri lainnya. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan produktivitas. Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan sebagai alat untuk memantau kinerja produksinya. produktivitas tersebut dapat dilakukan pula untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan secara keseluruhan serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan terus-menerus (continual improvement). Seiring dengan peningkatan produksi, ternyata timbul banyak permasalahan lingkungan di sekitarnya. Permasalahan tersebut disebabkan karena proses produksi seringkali mengakibatkan pembuangan material dan energi yang akan membebani lingkungan, padahal proses produksi yang baik tidak hanya memperhatikan keamanan dan efek samping dari limbah sisa prosesnya, namun juga mereduksi limbah buangan yang dihasilkan.permasalahan ini juga kerap kali diabaikan oleh pihak pengrajin, padahal saat ini permasalahan lingkungan menjadi isu yang cukup hangat dibicarakan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi para pengrajin batik untuk memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam tiap proses produksi yang dilaksanakan agar dapat menciptakan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

 Latar Belakang
Istilah green industry di kenal dalam sebuah konferensi di manila, filipina tahun 2009 yang bertemakan International Conference on Green Industry in Asia hasil kerja sama antara United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), United Nations Environment Programme (UNEP), International Labour Organization (ILO).
Green industry adalah industri yang bergerak di sektor environmental good dan jasa meliputi : industri pendaur ulang, pengolah limbah, pemusnah limbah, pengangkut limbah, konsultan lingkungan, industri pengolah air limbah, pengendali pencemaran udara, peralatan pengolah limbah, industri manufaktur dan instalasi peralatan energi yang terbarukan, konsultan energi, laboratorium khusus pengukuran dan analisa lingkungan, dan industri yang memproduksi teknologi bersih. (bpkimti, 2010)
Industri manufaktur merupakan industri yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang dalam lima belas tahun terakhir (Journal of Manufacturing Excellence,
2011). Yang dimaksud dengan industri manufaktur (Lampiran Perpres Nomor 28 Tahun 2008) yaitu semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer. Hidayat (Media Industri Edisi 4 2011) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mencapai target pertumbuhan industri adalah peningkatan efisiensi dan daya saing.
Penerapan Green industry (Kemenprin 2013) dilakukan melalui konsep produksi bersih (cleaner production) melalui aplikasi 4R, yaitu Reduce (pengurangan limbah pada sumbernya), Reuse (penggunaan kembali limbah), dan Recycle (daur ulang limbah), dan Recovery (pemisahan suatu bahan atau energi dari suatu limbah).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan proses green productivity yang ramah lingkungan dan meminimalisir dapak kerusakan alam yang terjadi akibat proses produksi. Limbah yang merupakan hasil atau sisa dari setiap proses yang terjadi dalam suatu kegiatan produksi di dalam industri (pabrik). Strategi dalam pengelolaan limbah yang di dasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk di nilai kurang efektif. Oleh karena itu di perlukan suatu pendekatan yang terintegrasi sebagai sebagai suatu pengelolaan limbah yang prefentif, terpadu, dan di terapkan secara terus menerus pada seluruh tahapan proses produksi.

Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam serta melakukan survey lapangan sehingga mampu menghasilkan informasi yang akurat dan menyeluruh. Wawancara dikerjakan dengan membuat suatu daftar pedoman wawancara yang bersifat open-end.

Hasil Penelitian
Dari analis tersebut yaitu bahwa limbah cair yang dihasilkan dari produksi batik menimbulkan dampak yang cukup timggi bagi lingkungan. Diantaranya : sisa pewarna, ngesol, pemblodoran, diketel, pencucian, ngloyor. Limbah cair tersebut memiliki 2 karakteristik yang berbeda yaitu : limbah cair kental, dan limbah cair encer.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu Dari hasil penilaian resiko lingkungan diketahui bahwa tahapan yang paling banyak menimbulkan dampak lingkungan adalah tahapan proses ngloyor, pewarnaan napsol, ngesol dan nglorod. Namun jika melakukan pendekatan terhadap Green Industry besar kemungkinan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan dari hasil produksi tersebut.

Sumber :
Triwulandari S. Dewayana, Dedy Sugiarto, Dorina Hetharia
Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri – Universitas Trisakti
MODEL PEMILIHAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF YANG
RAMAH LINGKUNGAN”.
 Suhartini, ST, MT
Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (2003),
IMPLEMENTASI GREEN PRODUCTIVITY UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH”. 
Email : ttitin-63@yahoo.com



bumi semakin panas

pencemaran air dan sifat air tercemar

pendidikan dan pengetahuan lingkungan hidup